Minggu, 13 Desember 2009

QIYAMUL-LAIL [4-B]

KAIFIYAT QIYAMUL-LAIL

2. Tidak terdapat satu larangan dari Rasulullah saw yang tidak membolehkan shalat sunnat serupa dengan shalat wajib. Apabila ada larangan demikian shalat lail yang dikerjakan 2 rakaat salam, 2 rakaat salam itupun tidak boleh, sebab menyerupai shalat subuh. Adapun yang ada larangannya ialah shalat witir 3 rakaat tidak boleh diserupakan dengan shalat magrib. Ini larangan menyerupakan sesuatu yang khusus dengan yang khusus pula, bukan larangan secara umum.
Sahalat witir 3 rakaat itu akan serupa dengan shalat Magrib, apakah pada rakaat kedua duduk tasyahhud awal. Karena itu shalat witir 3 rakaat itu tidak duduk pada rakaat kedua, tetapi langsung tanpa tasyahhud awal.
Adapaun tentang hadits-haditsnya akan kita bawakan nanti setelah membahas tata-cara shalat witir. Dengan demikian, alasan dan dasar yang berpendapat bahwa shalat lail 4 rakaat itu langsung tanpa tasyahhud awal itu lemah dan tertolak.

Golongan kedua : Shalat lail itu harus dikerjakan dua rakaat, dua rakaat memberi salam pada tiap dua rakaat.

Pendapat ini diantaranya dikemukakan oleh Ustadz Saleh Muhammad Bazeid (alm) dalam bukunya "Betulkah shalat Tarawih anda", beliau menulis demikian.
Apabila kita camkan benar-benar hadits Aisyah ra, bahwa ia menjawab penanya tentang jumlah, kebaikan dan panjangnya dalam setiap emapat rakaat. Aysyah tidak menyebutkan tentang tasyahhud maupun slaam, di dua rakaat ataupun di emapat rakaat.



Oleh sebab itu adalah mungkin Rasulullah saw juga shalat dua rakaat, kemudian mengucapkan tasyahhud dan memberi salam, tidak berbicara ataupun menyuruh sesuatu, lalu beliau shalat dua rakaat, mengucapkan tasyahhud dan memberi salam, baru kemudian istirahat. Maka terjadilah istirahat itu dalam setiap empat rakaat. Pendapat inilah yang dikerjakan oleh para sahabat, bahwa mereka beristirahat dalam setiap empat rakaat, yakni shalat dua rakaat dua rakaat, kemudian istirahat. (Betulkah shalat tarawih anda: 83).
Adapaun dalil-dalil yang dikemukakan dalam buku tersebut sebagai berikuyt ini. Sabda Rasulullah saw:
"Shalatul laili matsna matsna" artinya: "Shalat malam itu dua rakaat dua rakaat"

Dan sabdanya:
"Shalatul laili wannahaari matsna matsna" artinya: "Shalat malam dan siang itu dua rakaat dua rakaat". 1

(note 1 : Hadits ini dengan tambahan "dan siang" adalah salah, karena itu tidak boleh dijadikan hujjah. Penilaian ini diberikan oleh: An-Nasa-1, Ibnu Abdil Barr, Yahya bin Ma'ien dan Ad-Daraquthni. Adapaun Al-Khaththabi dan Al-Bariqi menerima tambahan tersebut dengan alasan "ziyadatuts tsiqati maqbulah"; tambahan dari rawi yang dipercaya itu diterima, Al-Baihaqi berkata: Hadits ini shahih. (Subulus Salam:2/9). )

Aysyah ra berkata artinya :
"Adalah Rasulullah saw shalat empat rakaat di waktu malam, lalu beliau istirahat dan berlangsung lama sehingga aku kasihan padanya"

Abu Ayyub berkata yang artinya:
"Sesungguhnya Rasulullah saw apabilamengerjakan shalat malam beliau kerjakan empat rakaat tidak berbicara dan tidak pula menyuruh sesuatu, beliau memberi salam setiap dua rakaat".

Hadits 1 diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, hadits 2 diriwayatkan Imam Ahmad, Abu Dawud, At0Tirmidzi, an-Nasai dan Ibnu Majah, Hadits 3 diriwayatkan al-Baihaqi dan hadits 4 diriwayatkan oleh Ahmad.
Imam asy-Syaukani dalam kitabnya "Nailul Authar" menyatakan bahwa hadits ke 4 yang diriwayatkan Imam Ahmad itu dha'if (lemah) karena dalam sanadnya ada seorang rawi namanya Washil bin as-Sa-ib, dia itu rawi dha'if. Lihat "Nailul Authar", juz3; hal 91.
Dalam memahami kandungan hadits Aisyah yang menjadi pokok bahasan, Ustadz Abdul Qadir Hassan (alm) mengemukakan sbb:
Maka kalau dalam satu riwayat dikatakan Nabi saw shalat 4 rakaat, atau 6 rakaat atau 8 rakaat dsb kita harus berpendirian bahwa:
a. yang 4 rakaat itu adalah 2 rakaat dua rakaat
b. yang 6 rakaat itu adalah 3 x 2 rakaar
c. yang 8 rakaat itu adalah 4 x 2 rakaat.

Kecuali kalau ada keterangan lain, baru dapat berobah dari pokok itu, umpamanya: Aisyah pernah meriwayatkan bahwa Rasululah saw pernah shalat malam 4 rakaat, kemudian 4 rakaat. Kalau kita berhenti sampai di situ saja, kita mesti berpendirian bahwa shalat itu dilakukan dengan dua rakaat, dua rakaat kemudian 2rakaat dua rakaat lagi. Tetapi dibelakang kedua-dua kali 4 rakaat itu, Aisyah berkata: "Jangan engkau bertanya bagusnya 4 rakaat itu dan tentang panjangnya", dan sesudah 4 rakaat yang pertama, Aisyah menggunakan kata-kata "kemudian", maka rakaat yang disebutkan bukan dua rakaat, dua rakaat tetapi 4 rakaat sambung menyambung (=langsung).
Lalu bagaimana sifat shalat 4 rakaat itu ?
Tentu kita mesti mengembalikan kepada pokok shalat yang ada dalam agama kita, yaitu shalat wajib yang lima kali sehari semalam, yakni subuh 2 rakaat, zhuhur 4 rakaat, ashar 4 rakaat, magrib 3 rakaat dan isya 4 rakaat.
Shalat zhuhur, ashar dan isya' adalah dengan 4 rakaat terus, dan dengan dua kali at-tahiyat, maka shalat malam yang 4 rakaat itu juga harus dengan 2 kali at-tahiyat.
Aisyah waktu meriwayatkan cara dan sifat nabi saw shalat, dari ulai takbir sampai salam ia berkata:
artinya: ".....dan adalah Nabi saw mengucap pada tiap-tiap dua rakaat, at-tahiyat....."

Riwayat Aisyah ini, dengan kata-katanya "tiap -tiap dua rakaat, at-tahiyat" itu menunjukkan bahwa shalat yang langsung 4 rakaat itu, harus ada dua kalai attahiyat. (kata berjawab 7:90-91). Selanjutnya dalam Kata Berjawab 7:59, dinyatakan sbb: Hadits (yaitu yang menerangkan 4 rakaat, 4 rakaat peny) disebut "Takhshish" (kecuali).
Jadi maksud hadits yang mengatakan "Shalat malam dan siang dua, dua rakaat itu, selaian shalat Tarawih/shalat tahajjud, boleh dikerjakan empat rakaat sekali salam.
Cara mendudukkan dua dalil yang nampaknya bertentangan (ta'arudh) ini dala ilmu ushul Fiqh disebut "Thariqatul-Jam-i".
Sekian kutipan dari kedua pendapat tentang pelaksanaan shalat lail, 2 rakaat, 2 rakaat atau 4 rakaat langsung dengan dua attahiyat. Setelah kita simak dan pelajari keduanya, ternyata yang kuat pendapat yang menyatakan "empat rakaat langsung dengan satu salam dan dua attahiyat".

Bersambung : Kaifiyat shalat witir...

Disalin dari buku SHIFAT DAN KAIFIYAT QIYAMUL-LAIL oleh Aliga Ramli, Lc

Tidak ada komentar:

Posting Komentar