"Sungguh berbahagialah orang-orang beriman yaitu orang yang khusyuk dalam shalatnya." (QS Al Mu’minun : 1 - 2)
Adalah ibadah shalat yang secara khusus yang perintahnya melalui sebuah peristiwa yang sangat luar biasa yang dikenal dengan "ISRA’ Mi’ RAJ yang kisahnya sebagian dilukiskan dalam QS Al Isra’ ayat 1. Berbeda dengan ibadah-ibadah yang lain. Perintah shalat terjadi tanpa diutusnya Malaikat Jibril turun ke bumi melainkan Nabi Muhammad SAW sendiri hadir bertemu di ArsyNya Allah SWT.dzat yang sedang disembah.
Sebegitu pentingnya shalat ini sampai Allah memberikan manfaat lebih di banding ibadah-ibadah lain, baik dari segi kejiwaan maupun dari segi fisik, apabila shalat itu dilakukan dengan sempurna.
Suatu ketika Rasulullah SAW berada di dalam masjid Nabawi, Madinah. Setelah menunaikan shalat berjamaah bersama para sahabat, beliau berdialog dengan para sahabat. Tiba-tiba da-tanglah seorang pria yang kemudian melaksana-kan shalat dengan cepat.
Setelah selesai, ia segera menghadap Rasulullah SAW dan mengucap salam. Rasul berkata kepada pria itu "sahabatku engkau tadi belum shalat." Betapa kagetnya orang itu men-dengar perkataan Rasulullah SAW tersenyum melihat "gaya" shalat seperti itu. Setelah selesai shalat lagi-lagi Rasulullah SAW berkata pada lelaki itu, "tolong ulangi lagi shalatmu! Engkau tadi belum shalat". Dan hal itu berulang sampai tiga kali. Karena bingung iapun berkata kepada Rasul "Wahai Rasulullah SAW, demi Allah yang telah mengutusmu dengan kebenaran, aku tidak bisa melaksanakan shalat dengan lebih baik lagi. Karena itu ajari aku!"
Shalat yang Tenang dan Khusyuk
Kisah Mahmud bin Rabi’ Al Anshari yang diriwayatkan Imam Al Bukhari dalam Shahihnya ini memberi gambaran bahwa shalat itu tidak cukup sekedar "benar" gerakannya saja, tetapi juga harus dilakukan dengan Tuma’ninah (tenang dan khusyuk). Dengan kata lain, shalat melibatkan dua aspek dalam diri manusia, yaitu aspek jasmani, yang ditampilkan dalam gerakan tubuh dan aspek rohani berupa hadirnya kekhusyuan hati dan terfokusnya pikiran kepada Allah,
Kekhusyuan rohani akan lebih sulit tercapai, bila fisiknya tidak khusyuk. Dalam arti dilakukan secara cepat dan terburu-buru. Sebab dengan terlalu cepat, seseorang akan sulit menghayati setiap bacaan, tata gerak tubuh tidak sempurna dan jalinan komunikasi dengan Allah menjadi kurang optimal. Bila hal ini dilakukan terus menerus, maka fungsi shalat sebagai pencegah perbuatan keji dan mungkar akan kehilangan makna. Karena itu, sangat beralasan bila Ra-sulullah SAW menganggap "tidak shalat" orang yang melakukan shalat dengan cepat (tidak thuma’ninah).
Maka dari itu shalat harus dilakukan dengan adanya intensitas atau konsentrasi yang lazimnya disebut dalam istilah agama "KHUSYUK". Dalam Al Qur’an surah Al Mu’minun ayat 1 berbunyi Khosyi’un yang artinya menyatukan pikiran dengan perasaan atau kerja jiwa serempak bersama dengan gerakan tubuh dan lisan (bacaan) tiap-tiap sikap dalam shalat seperti berdiri, mengangkat tangan sejajar dengan bahu atau telinga, ruku, sujud, duduk. Sehingga pikiran dan perasaan bisa menemukan satu titi. Artinya jiwa itu akan selalu mengingat Allah selama dalam shalat khususnya, maupun diluar shalat akan menggema nilai-nilai shalat itu sendiri. Kehadiran Allah SWT akan betul-betul dirasakan dalam shalat.
Hikmah Gerakan Shalat
Sebelum menyentuh makna bacaan shalat yang luar biasa, termasuk aspek "olah rohani" yang dapat melahirkan ketenangan jiwa. Secara gerakan shalat yang dicontohkan Rasulullah SAW syarat akan hikmah dan bermanfaat bagi kesehatan. Syaratnya, semua gerakan tersebut dilakukan dengan benar, thuma’ninah serta istiqamah (terus-menerus).
Dalam buku Mukjizat Gerakan Shalat (Qultum Media, 2005). Madyo Wratsongko mengung-kapkan bahwa gerakan shalat dapat melenturkan urat saraf, mengaktifkan sistem keringat dan sistem pemanas tubuh. Membiasakan pembuluh darah halus di otak mendapatkan tekanan tinggi, serta membuka pembuluh darah di bagian dalam tubuh (arteri jantung).
Sehingga analisa kebenaran Rasulullah SAW dalam kisah diatas pendahuluan tadi "jika engkau berdiri untuk melakukan shalat, maka bertak-birlah". Saat takbiratul ikhram, Nabi Muhammad SAW mengangkat kedua tangannya sejajar dengan bahu (H.R. Bukhari). Di hadits lain sejajar dengan telinga. Gerakan takbir (takbiratul ikhram) ini dilakukan selanjutnya ketika rukuk dan ketika bangkit dari rukuk, apa maknanya? Maka kita otomatis dada, memberikan aliran darah dari pembuluh balik yang terdapat di lengan untuk dialirakan ke bagian otak pengatur keseimbangan tubuh, membuka mata dan membuka telinga kita, sehingga keseimbangan tubuh terjaga.
"Rukuklah dengan tenang" (thuma’ninah). Ketika ruku, Rasulullah SAW, meletakkan kedua telapak tangan di atas lutut (H.R. Bukhari dari Sa’adib nu Abi Waqas). Apa maknanya? Rukuk yang dilakukan dengan tenang dan maksimal, dapat merawat kelenturan tulang belakang yang berisi sumsum tulang belakang (sebagai saraf sentral manusia) beserta aliran darahnya. Rukuk juga dapat memelihara kelenturan tuas sistem keringat yang terdapat punggung, paha dan betis belakang. Demikian pula tulang leher, tengkuk dan saluran saraf memori dapat dijaga dengan mengangkat kepala secara maksimal dengan mata menghadap ketempat sujud.
"Lalu bangunlah hingga engkau berdiri tegak" apa maknanya? saat kita berdiri dari rukuk dengan mengangkat kedua tangan (i’tidal) darah dari kepala akan turun kebawah, sehingga pangkal otak yang mengatur keseimbangan berkurang tekanannya.
"Selepas itu sujudlah dengan tenang" apa maknanya? Bila dilaksanakan dengan benar dan lama. Sujud dapat memaksimalkan aliran darah dan oksigen ke otak atau kepala, termasuk ke mata, telinga, leher dan pundak, serta hati. Cara seperti ini efektif untuk membongkar sumbatan pembuluh darahdi jantung, sehingga dapat meminimalisir resiko jantung koroner.
"Kemudian bangunlah hingga engkau duduk dengan tenang". Apa maknanya? Cara duduk diantara dua sujud dapat menyeimbangkan ubuh kita. Selain itu, juga dapat menjaga kelenturan saraf di bagian paha dalam, cekungan lutut, cekungan betis sampai jari-jari kaki.
Akhirnya marilah kita contoh seoptimal mungkin perilaku abi Muhammad SAW, termasuk cara shalatnya insya Allah pasti membawa kebaikan.©
Adalah ibadah shalat yang secara khusus yang perintahnya melalui sebuah peristiwa yang sangat luar biasa yang dikenal dengan "ISRA’ Mi’ RAJ yang kisahnya sebagian dilukiskan dalam QS Al Isra’ ayat 1. Berbeda dengan ibadah-ibadah yang lain. Perintah shalat terjadi tanpa diutusnya Malaikat Jibril turun ke bumi melainkan Nabi Muhammad SAW sendiri hadir bertemu di ArsyNya Allah SWT.dzat yang sedang disembah.
Sebegitu pentingnya shalat ini sampai Allah memberikan manfaat lebih di banding ibadah-ibadah lain, baik dari segi kejiwaan maupun dari segi fisik, apabila shalat itu dilakukan dengan sempurna.
Suatu ketika Rasulullah SAW berada di dalam masjid Nabawi, Madinah. Setelah menunaikan shalat berjamaah bersama para sahabat, beliau berdialog dengan para sahabat. Tiba-tiba da-tanglah seorang pria yang kemudian melaksana-kan shalat dengan cepat.
Setelah selesai, ia segera menghadap Rasulullah SAW dan mengucap salam. Rasul berkata kepada pria itu "sahabatku engkau tadi belum shalat." Betapa kagetnya orang itu men-dengar perkataan Rasulullah SAW tersenyum melihat "gaya" shalat seperti itu. Setelah selesai shalat lagi-lagi Rasulullah SAW berkata pada lelaki itu, "tolong ulangi lagi shalatmu! Engkau tadi belum shalat". Dan hal itu berulang sampai tiga kali. Karena bingung iapun berkata kepada Rasul "Wahai Rasulullah SAW, demi Allah yang telah mengutusmu dengan kebenaran, aku tidak bisa melaksanakan shalat dengan lebih baik lagi. Karena itu ajari aku!"
Shalat yang Tenang dan Khusyuk
Kisah Mahmud bin Rabi’ Al Anshari yang diriwayatkan Imam Al Bukhari dalam Shahihnya ini memberi gambaran bahwa shalat itu tidak cukup sekedar "benar" gerakannya saja, tetapi juga harus dilakukan dengan Tuma’ninah (tenang dan khusyuk). Dengan kata lain, shalat melibatkan dua aspek dalam diri manusia, yaitu aspek jasmani, yang ditampilkan dalam gerakan tubuh dan aspek rohani berupa hadirnya kekhusyuan hati dan terfokusnya pikiran kepada Allah,
Kekhusyuan rohani akan lebih sulit tercapai, bila fisiknya tidak khusyuk. Dalam arti dilakukan secara cepat dan terburu-buru. Sebab dengan terlalu cepat, seseorang akan sulit menghayati setiap bacaan, tata gerak tubuh tidak sempurna dan jalinan komunikasi dengan Allah menjadi kurang optimal. Bila hal ini dilakukan terus menerus, maka fungsi shalat sebagai pencegah perbuatan keji dan mungkar akan kehilangan makna. Karena itu, sangat beralasan bila Ra-sulullah SAW menganggap "tidak shalat" orang yang melakukan shalat dengan cepat (tidak thuma’ninah).
Maka dari itu shalat harus dilakukan dengan adanya intensitas atau konsentrasi yang lazimnya disebut dalam istilah agama "KHUSYUK". Dalam Al Qur’an surah Al Mu’minun ayat 1 berbunyi Khosyi’un yang artinya menyatukan pikiran dengan perasaan atau kerja jiwa serempak bersama dengan gerakan tubuh dan lisan (bacaan) tiap-tiap sikap dalam shalat seperti berdiri, mengangkat tangan sejajar dengan bahu atau telinga, ruku, sujud, duduk. Sehingga pikiran dan perasaan bisa menemukan satu titi. Artinya jiwa itu akan selalu mengingat Allah selama dalam shalat khususnya, maupun diluar shalat akan menggema nilai-nilai shalat itu sendiri. Kehadiran Allah SWT akan betul-betul dirasakan dalam shalat.
Hikmah Gerakan Shalat
Sebelum menyentuh makna bacaan shalat yang luar biasa, termasuk aspek "olah rohani" yang dapat melahirkan ketenangan jiwa. Secara gerakan shalat yang dicontohkan Rasulullah SAW syarat akan hikmah dan bermanfaat bagi kesehatan. Syaratnya, semua gerakan tersebut dilakukan dengan benar, thuma’ninah serta istiqamah (terus-menerus).
Dalam buku Mukjizat Gerakan Shalat (Qultum Media, 2005). Madyo Wratsongko mengung-kapkan bahwa gerakan shalat dapat melenturkan urat saraf, mengaktifkan sistem keringat dan sistem pemanas tubuh. Membiasakan pembuluh darah halus di otak mendapatkan tekanan tinggi, serta membuka pembuluh darah di bagian dalam tubuh (arteri jantung).
Sehingga analisa kebenaran Rasulullah SAW dalam kisah diatas pendahuluan tadi "jika engkau berdiri untuk melakukan shalat, maka bertak-birlah". Saat takbiratul ikhram, Nabi Muhammad SAW mengangkat kedua tangannya sejajar dengan bahu (H.R. Bukhari). Di hadits lain sejajar dengan telinga. Gerakan takbir (takbiratul ikhram) ini dilakukan selanjutnya ketika rukuk dan ketika bangkit dari rukuk, apa maknanya? Maka kita otomatis dada, memberikan aliran darah dari pembuluh balik yang terdapat di lengan untuk dialirakan ke bagian otak pengatur keseimbangan tubuh, membuka mata dan membuka telinga kita, sehingga keseimbangan tubuh terjaga.
"Rukuklah dengan tenang" (thuma’ninah). Ketika ruku, Rasulullah SAW, meletakkan kedua telapak tangan di atas lutut (H.R. Bukhari dari Sa’adib nu Abi Waqas). Apa maknanya? Rukuk yang dilakukan dengan tenang dan maksimal, dapat merawat kelenturan tulang belakang yang berisi sumsum tulang belakang (sebagai saraf sentral manusia) beserta aliran darahnya. Rukuk juga dapat memelihara kelenturan tuas sistem keringat yang terdapat punggung, paha dan betis belakang. Demikian pula tulang leher, tengkuk dan saluran saraf memori dapat dijaga dengan mengangkat kepala secara maksimal dengan mata menghadap ketempat sujud.
"Lalu bangunlah hingga engkau berdiri tegak" apa maknanya? saat kita berdiri dari rukuk dengan mengangkat kedua tangan (i’tidal) darah dari kepala akan turun kebawah, sehingga pangkal otak yang mengatur keseimbangan berkurang tekanannya.
"Selepas itu sujudlah dengan tenang" apa maknanya? Bila dilaksanakan dengan benar dan lama. Sujud dapat memaksimalkan aliran darah dan oksigen ke otak atau kepala, termasuk ke mata, telinga, leher dan pundak, serta hati. Cara seperti ini efektif untuk membongkar sumbatan pembuluh darahdi jantung, sehingga dapat meminimalisir resiko jantung koroner.
"Kemudian bangunlah hingga engkau duduk dengan tenang". Apa maknanya? Cara duduk diantara dua sujud dapat menyeimbangkan ubuh kita. Selain itu, juga dapat menjaga kelenturan saraf di bagian paha dalam, cekungan lutut, cekungan betis sampai jari-jari kaki.
Akhirnya marilah kita contoh seoptimal mungkin perilaku abi Muhammad SAW, termasuk cara shalatnya insya Allah pasti membawa kebaikan.©
Tidak ada komentar:
Posting Komentar